Selasa, 29 Oktober 2024

Si Oren, Penghibur Tanpa Suara di Klinik PT.IMIP"

"Si Oren, Penghibur Tanpa Suara di Klinik PT.IMIP"

Hari itu, ruang tunggu klinik PT.IMIP tampak lebih lengang dari biasanya. Beberapa karyawan duduk menunduk, menanti giliran mereka diperiksa. Di antara wajah-wajah yang tampak lelah dan lesu, ada sesosok kecil yang menarik perhatian: seekor kucing berbulu oranye dan putih yang tidur pulas di salah satu kursi besi.
Kucing itu, yang biasa dipanggil “Si Oren” oleh para karyawan, telah menjadi semacam legenda di PT.IMIP. Kehadirannya tidak pernah diminta, namun seolah selalu tahu kapan harus muncul, terutama di hari-hari yang terasa berat bagi para pekerja. Seperti malaikat tanpa sayap, Si Oren selalu ada, membawa secercah kehangatan di tengah-tengah kesibukan.

Hari ini, salah seorang karyawan bernama Budi, yang duduk tidak jauh dari Si Oren, memandanginya dengan senyum kecil namun pahit. Budi sedang menghadapi masa-masa sulit; ibunya sakit parah di kampung, sementara ia harus bekerja keras untuk menanggung biaya pengobatannya. Dalam keheningan ruang tunggu, Budi merasakan beban berat di hatinya, rasa bersalah yang ia pendam karena tak bisa selalu berada di sisi sang ibu.

Saat pandangannya mulai berkaca-kaca, Si Oren tiba-tiba membuka mata dan menatap Budi. Dengan langkah perlahan, Si Oren berjalan mendekat, lalu naik ke pangkuannya. Budi terkejut, tapi perlahan ia mulai mengelus punggung Si Oren. Dalam keheningan itu, Si Oren seperti tahu persis apa yang dibutuhkan Budi: kehadiran yang tenang, tanpa banyak kata-kata.

Budi merasakan seolah-olah kucing kecil ini memahami kegelisahannya. Ada sesuatu yang menenangkan dalam sentuhan lembut bulunya, dalam napasnya yang pelan dan damai. Dalam momen singkat itu, beban di hati Budi terasa sedikit berkurang. Si Oren tidak berbicara, namun kehadirannya seakan mengirimkan pesan: “Kamu tidak sendiri. Semua akan baik-baik saja.”

Ketika giliran Budi tiba, ia dengan berat hati meletakkan Si Oren di kursi, berharap kucing itu mengerti bahwa ia harus pergi. Si Oren hanya memandangnya sejenak, kemudian kembali ke posisi tidurnya, seakan memberi tanda bahwa dia akan tetap di sana, menunggu orang-orang lain yang mungkin juga membutuhkan penghiburan tanpa suara.

Sejak hari itu, setiap kali Budi merasa cemas atau lelah, ia selalu menyempatkan diri untuk singgah ke klinik, berharap bertemu lagi dengan Si Oren. Bagi Budi dan para karyawan lainnya, Si Oren bukan hanya sekadar kucing klinik. Ia adalah teman setia yang hadir tepat di saat yang paling dibutuhkan—sebuah penghiburan sederhana namun tulus, yang mampu menguatkan hati mereka di hari-hari sulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya .semoga dapat bermamaaf . kritik dan saran sangat perlu untuk membangun blog ini.