MASIH SAKRALKAH UPACARA ADAT DI TORAJA?




Sekarang ini, makin sering saya lihat, baik lewat video, unggahan orang lain, bahkan secara langsung, acara adat di Toraja, entah itu Rambu Solo’ maupun Rambu Tuka’, dihadiri oleh laki-laki yang berdandan seperti perempuan. Pakai baju pesta, full make-up, rambut dikeriting, bahkan kadang lebih heboh dari perempuan asli. Yang bikin saya geleng-geleng, bukan cuma hadir, tapi kadang malah jadi pusat perhatian. Seolah-olah acara adat ini cuma panggung fashion show dadakan.

Saya bukan baru sekali lihat. Udah berkali-kali. Dan yang lebih anehnya lagi, mereka itu malah sering dikasih ruang, dikasih tempat, bahkan seolah jadi “bumbu” acara. Padahal ini acara adat, yang harusnya penuh rasa hormat dan sakral buat leluhur. Tapi entah kenapa, sekarang malah seperti acara hiburan bebas gaya.

Pertanyaannya sekarang:
Siapa yang kasih mereka panggung? Pemerintah kah? Panitia acara? Atau ini semua karena kita, masyarakat, yang terlalu diam dan membiarkan semua ini terus-terusan terjadi?
Apa tanggapan tokoh adat?
Apa kata tokoh agama?
Apa memang ini sudah dianggap biasa dan sah-sah saja?
Kalau begitu, di mana letak nilai adat kita sebagai orang Toraja?

Saya tahu, pembahasan ini bakal menuai pro dan kontra. Karena faktanya, di komentar video-video mereka, banyak juga yang mendukung dan memuji. Katanya keren lah, ekspresif lah, bebas mengekspresikan diri. Tapi menurut saya pribadi, ada tempat dan waktunya. Kalau mau tampil seperti itu, silakan, tapi jangan di tengah-tengah acara adat yang sakral, yang dari dulu jadi jati diri Toraja.

Kalau begini terus, apa bedanya acara adat kita dengan panggung hiburan modern? Apa yang membedakan kesakralan budaya kita dengan acara pesta ulang tahun?

Saya tidak benci mereka. Jujur, saya paham, mereka juga tidak pernah minta terlahir dengan kondisi seperti itu. Tapi yang saya tekankan adalah, tolonglah... hargai ruang adat. Hormati prosesi budaya. Jangan semua dicampur jadi satu lalu dibungkus dengan alasan "toleransi" dan "kebebasan berekspresi."
Toleransi bukan berarti mengacaukan tatanan. Kebebasan bukan berarti seenaknya melanggar nilai.

Buat pemerintah, ayo turun tangan. Buat panitia acara, jangan asal-asalan. Buat tokoh adat dan agama, suara kalian dibutuhkan. Dan buat kita semua masyarakat Toraja, kalau bukan kita yang jaga adat kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Disclaimer:
Tulisan ini bukan untuk menyudutkan siapa pun. Saya tahu, tidak semua hal dalam hidup bisa kita pilih, termasuk soal orientasi atau cara merasa. Tapi berpakaian seperti itu, berdandan seperti itu, ada waktunya, ada tempatnya. Janganlah sampai adat kita yang sudah turun-temurun, penuh makna dan nilai luhur, jadi rusak cuma karena kita terlalu diam melihat hal-hal yang jelas-jelas menyimpang.

Dari tanah rantau 2 Juni 2025

#Toraja
#BudayaToraja
#RambuSolo
#AdatToraja
#PakaianAdat
#AcaraAdat
#TradisiToraja
#FenomenaSosial
#KritikBudaya
#RefleksiSosial
#WacanaPublik
#KontenViral
#ViralToraja
#PanggungBudaya
#KarakterBangsa
#EtikaBudaya
#ToleransiBerbudaya
#PanggungAdat
#IdentitasBudaya
#JagaAdat

Posting Komentar

0 Komentar