KENALI POTENSI BAHAYA
Penulis : Yusuf batu salu,ST
Beberapa hari terakhir, kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) diguncang oleh cuaca ekstrem dengan curah hujan yang sangat tinggi. Hujan deras yang tak kunjung reda menyebabkan banjir besar melanda area pabrik, mengubah jalanan yang biasanya padat kendaraan menjadi lautan lumpur merah pekat. Air bercampur tanah merah membentuk genangan luas, memutus akses jalan utama dan memaksa karyawan mencari cara agar tetap bisa beraktivitas.
Derita Banjir di Kawasan Industri: Ketika Mesin Baja Melawan Alam
Kawasan IMIP yang dikenal sebagai pusat industri besar dengan aktivitas padat kini berubah drastis. Jalanan yang biasanya ramai oleh kendaraan berat dan pekerja kini dipenuhi air merah kecoklatan akibat meluapnya saluran drainase. Lumpur merah itu menggenangi setiap sudut jalan, membuat mobil kecil dan kendaraan pribadi mustahil untuk melintas.
Para karyawan yang hendak berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain menghadapi dilema besar. Di satu sisi, pekerjaan harus terus berjalan; di sisi lain, keselamatan menjadi taruhan. Beberapa pekerja mencoba menerobos genangan dengan berjalan kaki, namun hal itu terlalu berisiko karena lumpur sangat dalam dan licin.
Ketika Loader Menjadi Angkutan Darurat: Nekat yang Mengundang Bahaya
Dalam kondisi serba darurat dan tertekan oleh situasi, muncul inisiatif dari beberapa karyawan untuk memanfaatkan loader sebagai angkutan alternatif. Loader yang biasanya digunakan untuk mengangkut material berat kini berubah fungsi menjadi kendaraan darurat yang membawa manusia. Di atas bucket-nya, puluhan pekerja dengan seragam putih dan helm kuning berdiri berdesakan, mencoba tetap seimbang di tengah jalan yang penuh lumpur.
Operator loader berusaha menjalankan mesin berat itu dengan perlahan, memastikan agar tidak terjadi guncangan mendadak. Namun, keputusan nekat ini tentu mengundang perhatian dan kritik dari berbagai pihak. Tak sedikit orang mempertanyakan mengapa keselamatan begitu diabaikan dalam situasi seperti ini.
Mengapa Harus Loader?
Pemanfaatan loader sebagai kendaraan darurat bukan tanpa alasan. Dalam kondisi banjir seperti ini, kendaraan biasa tidak mungkin bergerak karena risiko mogok dan terperosok sangat besar. Loader, dengan ban besar dan daya dorong kuat, dianggap sebagai solusi cepat dan praktis. Namun, pada kenyataannya, penggunaan loader sebagai angkutan manusia justru melanggar standar keselamatan kerja yang telah ditetapkan.
Keputusan menggunakan loader mencerminkan keterbatasan sarana evakuasi di kawasan industri besar seperti IMIP. Minimnya persiapan menghadapi bencana banjir membuat para pekerja mengambil risiko besar demi tetap menjalankan tugas.
Bahaya di Balik Keputusan Nekat: Nyawa Jadi Taruhan
Tidak bisa dimungkiri bahwa tindakan tersebut sangat berbahaya. Berikut adalah beberapa risiko yang sangat mungkin terjadi:
-
Resiko Jatuh dari Loader: Tanpa pegangan yang memadai, para pekerja rentan terjatuh saat loader bergerak. Apalagi dengan permukaan yang licin, satu kesalahan kecil bisa berujung pada tragedi.
-
Ketidakseimbangan Mesin: Loader didesain untuk membawa material padat, bukan manusia. Beban yang tidak merata dapat mengganggu stabilitas mesin, berpotensi membuat loader terguling.
-
Tergencet atau Terlempar: Jika loader tiba-tiba berhenti atau terguncang, penumpang di dalam bucket dapat tergencet satu sama lain atau bahkan terlempar keluar.
-
Terjebak dalam Lumpur: Apabila loader mogok atau terperosok, para pekerja akan terjebak di tengah genangan lumpur merah tanpa bantuan langsung.
-
Kontaminasi Air Berlumpur: Lumpur merah di kawasan industri tidak hanya berbahaya secara fisik tetapi juga bisa mengandung zat kimia beracun dari limbah produksi.
Sisi Lain dari Kesadaran Keselamatan Kerja: Ketika Kepepet Mengalahkan Akal Sehat
Situasi ini menjadi pelajaran besar bagi manajemen perusahaan dan para pekerja. Di satu sisi, inisiatif spontan tersebut lahir dari keadaan darurat yang mendesak. Namun di sisi lain, tindakan gegabah semacam ini bisa berdampak fatal jika tidak dipertimbangkan dengan matang.
Pihak perusahaan perlu melakukan introspeksi mendalam terkait kebijakan keselamatan dan evakuasi di kawasan kerja. Mengantisipasi bencana adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap pengelola kawasan industri. Pengadaan peralatan evakuasi yang lebih aman, seperti perahu karet atau kendaraan khusus banjir, harus menjadi prioritas ke depan.
Belajar dari Kesalahan: Antisipasi Bencana di Kawasan Industri
Peristiwa ini seharusnya membuka mata semua pihak bahwa bencana alam dapat datang kapan saja dan mengganggu aktivitas industri secara drastis. Mengabaikan keselamatan kerja dalam kondisi darurat bukanlah solusi. Sebaliknya, persiapan matang dan pemahaman akan risiko justru dapat meminimalkan dampak buruknya.
Manajemen kawasan industri harus segera melakukan evaluasi menyeluruh terkait kesiapan menghadapi bencana. Edukasi mengenai keselamatan kerja perlu digalakkan, terutama dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem. Selain itu, pengadaan kendaraan evakuasi yang lebih layak harus segera dilakukan agar para pekerja tidak mengambil risiko besar hanya untuk sampai ke tempat kerja.
Keselamatan Tidak Bisa Dikompromikan
Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan dan keamanan selama bekerja, apa pun situasinya. Kejadian ini memberikan peringatan keras bahwa improvisasi dalam kondisi darurat harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip keselamatan. Jangan sampai demi produktivitas, keselamatan diabaikan begitu saja.
Jika ada satu pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini, itu adalah bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam segala kondisi. Banjir besar yang menggenangi kawasan IMIP menunjukkan betapa rapuhnya manusia ketika berhadapan dengan alam. Oleh karena itu, mari jadikan keselamatan sebagai hal yang tidak bisa ditawar dan selalu diprioritaskan dalam situasi apa pun.
0 Komentar